Oleh: Gilang Ramadhan Asar (Mahasiswa
FHUA)
Mendengar kata Senayan sekilas
membuat kita teringat pada para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan
umum (pemilu) yang memiliki masa jabatan lima tahun per periode atau bisa saja
diganti atau dipersingkat apabila sang anggota dewan di Recall oleh partai politik yang mengusung sang anggota dewan
tersebut. Mekanisme Recall membuat
sang calon padan akhirnya lebih loyal kepada partai politik yang mengusungnya.
Hal ini membuat kata representative
yang sebenarnya digunakan sebagai alat perpanjangan tangan rakyat menjadi salah
arti. Representative sebenarnya digunakan untuk mewakili aspirasi rakyat
menjadi sirna karena sang anggota memahami bahwasanya kata representative
tersebut lebih kepada mewakili kepentingan partai politik jikalau tidak mau
menjadi korban recall partai politik.
Senayan merupakan tempat yang
sangat indah apalagi program renovasi toilet yang telah di anggarkan oleh
secretariat jenderal DPR RI mencapai angka fantastis (2 miliar). Angka ini
terasa wajar bagi para anggota dewan, tapi angka ini menjadi bombastis dan
miris bagi rakyat miskin. Puluhan toilet yang ada di senayan tentulah tidak
semuanya yang menjadi rusak, ada beberapa toilet yang masih sangat layak pakai,
tetapi anggaran 2 miliar tersebut diperuntukan bagi perbaikan semua toilet.
Beda toilet beda tingkat kerusakan tetapi dipukul rata untuk memperbaiki
seluruh toilet tersebut, bayangkan jika angka 2 miliar diperuntukan untuk
kesejahteraan rakyat atau mengurangi hutang luar negeri kita atu mungkin bisa
diperuntukan guna memberikan penghargaan bagi asset bangsa yang berprestasi.
Seperti kata pepatah rambut boleh sama
hitam, tetapi pola pikirnya berbeda tampaknya hal ini memang berlaku bagi
para anggota dewan yang tercinta. Beda pola fikir sehingga menyengsarakan
bangsa.
Anggota dewan yang terhormat
tampaknya harus memahami makna representative dengan lebih seksama lagi,
sehingga kata representative bisa
kembali ke marwahnya sebagai lembaga yang mewakili suara dan juga lembaga yang
diharapkan dapat memperjuangkanj hak-hak konstitusi warga Negara melalui setiap
Undang-undang yang dihasilkan. Senayan bukan lagi tempat bagi para wakil rakyat
melainkan tempat para wakil partai politik sehoingga kepentingan yang terakomodir
merupakan kepentingan partai politik sehingga setiap produk yang dihasilkan
semuanya berbau politik. Harta dan wanita merupakan dua hal yang menghancurkan
para pemimpin khusunya pemimpin laki-laki, tetapi Indonesia tidak dihancurkan
oleh harta dan wanita melainkan dihancurkan oleh politik kepentingan elit
partai politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar